Senja Berdarah di Teluk Terima (1)
“Ada apa dengan sayap burung jalak putih ini?” tanya seorang gadis belia bermonolog sambil memegang sayap burung itu dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya menangkup dada burng yang lemah tersebut agar tidak bergerak. Kemudian Puspa mengambil kotak obat dan mengobati sayap burung yang kelihatan sedang terluka.
Puspa, nama gadis cantik berambut panjang itu. Dia bekerja sebagai teknisi di balai konservasi Jalak putih di taman nasional Bali barat. Puspa sangat menyukai pekerjaannya merawat burung-burung putih yang cantik itu. Pagi-pagi dia sudah berada di sangkar-sangkar burung yang terbuat dari kawat itu untuk memberi makan dan minum bagi burung-burung yang dirawat di balai tersebut.
Puspa menjalin kasih dengan Wayan, seorang polisi hutan di Taman Nasional Bali Barat. Pemuda yang gagah dengan kulit sawo matang yang bersih serta rahang yang tegas itu telah mencuri hatinya sejak pertama mereka bertemu. Kisah cinta mereka telah terjalin selama dua tahun. Kini mereka sedang merencanakan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
Namun sejak kedatangan seorang dokter hewan yang menjadi kepala balai, ketenangan Puspa mulai terusik. Dokter Bayu namanya, seorang duda beranak satu. Dokter yang tampan namun tampak sudah sangat dewasa. Umurnya sudah hampir berkepala empat.
Puspa merasa kesempatannya untuk bertemu Wayan sering dihalangi oleh dokter Bayu. Bahkan di saat akhir pekan yang seharusnya menjadi waktu liburnya dia malah disuruh lembur untuk membuat formula pakan burung.
Padahal hari Minggu itu, dia sudah berencana akan ke Pulau menjangan dengan Wayan. Mereka dan beberapa temannya yang lain akan menyelam di perairan pulau yang sangat eksotik itu. Namun semua itu gagal karena pekerjaan yang diberikan oleh pimpinannya.
“Kalau begini terus aku akan melaporkannya kepada organisasi perlindungan buruh. Dia sudah semena-mena dan meniadakan hal-hakku sebagai pegawai,” keluh Puspa kesal.
***
Suatu hari, Puspa sangat terkejut karena orang tuannya mengatakan bahwa mereka telah menerima lamaran Dokter Bayu untuknya. Orang tuanya tidak bisa menolak lamaran tersebut karena hutang budi atas kebaikan sang dokter yang telah melunasi hutang kedua orang tuanya kepada tengkulak.
Puspa menolak mentah-mentah. Dia menghubungi Wayan untuk mengajaknya kawin lari. Sore yang ditentukan mereka berjanji bertemu di hutan bakau dekat pura Jayaprana, di Teluk Trima.
Puspa duduk di akar bakau yang menyembul di permukaan pasir. Senja mulai melingkupi cakrawala, air laut di Teluk Trima memancarkan rona biru berbaur dengan garis-garis merah jingga. Berkedap-kedip gemerlap diterpa mentari senja. Beberapa ekor monyet terlihat asik bermain melompati ranting-ranting pohon bakau.
Lama menunggu dengan gelisah, namun Wayan tak kunjung datang. Saat gelap sudah akan memeluk persada, Puspa melihat seseorang datang mendekatinya. Ngurah, sahabat Wayan yang datang dengan kabar yang membuat Puspa sangat terkejut. Tenyata Wayan sedang mengalami sakit parah karena tertembak oleh seseorang yang ingin menjarah di hutan Bali Barat.
Adakah kaitan antara dokter hewan tersebut dengan sipenembak? Ikutilah kisahnya di cerbung ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Trimksh bunda admin.
Kisah luar biasa
Trimksh atas apresiasi dan hadirnya Bucan.
Lanjut Bunda.. keren
Nggih, insyaallah, lanjut Bunda. Trimksh atas suportnya.
Ringkasan nya bikin kepooo
mantap keren cadas...cerita keren menewen...salam literasi sehat sukses selalu mbak Ilma
Lanjut bund
Nggih, insyaallah, lanjut Bunda. Trimksh atas apresiasinyanya.